Dampak Kecerdasan Buatan (AI) Terhadap Pekerja Perempuan
Harazakida.com - Dalam era teknologi yang berkembang pesat, kecerdasan buatan (AI) menjadi salah satu topik hangat yang diperbincangkan. Menurut data dari Organisasi Ketenagakerjaan Internasional (ILO), perempuan ternyata lebih rentan kehilangan pekerjaan akibat otomatisasi. Hal ini menjadi perhatian serius, terutama di negara maju, di mana sekitar 7,9% pekerja perempuan terancam, dibandingkan hanya 2,9% laki-laki.
Mengapa Perempuan Lebih Rentan?
Salah satu alasan utama di balik kerentanan ini adalah jenis pekerjaan yang biasanya diisi oleh perempuan. Banyak pekerjaan tersebut bersifat repetitif dan mudah diotomatisasi, seperti pekerjaan di sektor layanan, administrasi, dan manufaktur. Di negara berkembang, meskipun angka tersebut lebih rendah, dampaknya tetap lebih besar pada perempuan (2,7%) dibandingkan laki-laki (1,3%).
Bias Algoritma dan Diskriminasi
Namun, tantangan tidak hanya berhenti pada pengurangan pekerjaan. Algoritma AI yang bias juga dapat memperburuk diskriminasi di tempat kerja. Misalnya, jika AI digunakan dalam proses rekrutmen atau evaluasi kinerja, ada kemungkinan bahwa perempuan atau kelompok minoritas lainnya akan terabaikan. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengevaluasi dan menyesuaikan penggunaan AI agar lebih adil dan akuntabel.
Gejolak Sosial dan Daya Tarik Talenta Asing
Dampak negatif dari AI tidak hanya dirasakan oleh pekerja langsung. IMD World Talent Ranking 2024 juga menunjukkan bahwa penurunan lapangan kerja dapat memicu gejolak sosial. Negara-negara dengan masalah sosial cenderung kurang menarik bagi tenaga ahli asing, yang akhirnya dapat menghambat pertumbuhan ekonomi. Arturo Bris, Direktur IMD World Competitiveness Center, menegaskan bahwa meskipun beberapa negara memiliki sistem pendidikan yang baik, mereka tidak cukup mempersiapkan sumber daya manusia yang sesuai dengan kebutuhan pasar.
Daya Saing Indonesia dalam Kesiapan Tenaga Kerja
Sementara itu, Indonesia menempati peringkat ke-46 dari 67 negara dalam daya saing keahlian talenta. Meskipun ini adalah peningkatan dari sebelumnya, masih banyak yang perlu dilakukan untuk menarik talenta asing dan mempersiapkan tenaga kerja yang terampil. Bandingkan dengan Singapura yang berada di peringkat kedua, Indonesia bisa belajar banyak dari mereka.
Kunci Keberhasilan Singapura
- Sistem Pendidikan yang Responsif: Singapura terus memperbarui kurikulum untuk mengikuti perkembangan teknologi.
- Kesiapan Tenaga Kerja yang Kuat: Dengan pertumbuhan tenaga kerja yang tinggi dan ketersediaan keterampilan yang baik, mereka dapat memenuhi kebutuhan industri.
- Kemampuan Menarik Talenta Asing: Singapura memiliki reputasi sebagai destinasi menarik bagi para profesional global.
Solusi untuk Meningkatkan Kesiapan Tenaga Kerja di Indonesia
Untuk mengatasi tantangan ini, Indonesia perlu melakukan beberapa langkah penting:
- Reformasi Pendidikan: Menyusun kurikulum yang lebih sesuai dengan kebutuhan industri modern.
- Pelatihan Keterampilan: Meningkatkan program pelatihan bagi perempuan untuk menghadapi otomatisasi.
- Kebijakan Inklusif: Memastikan kebijakan yang adil dalam proses rekrutmen dan promosi untuk semua gender.
Kesimpulan
Dengan memahami dampak AI terhadap pekerjaan, terutama bagi perempuan, kita bisa merencanakan langkah-langkah untuk mengurangi risiko. Diperlukan kerjasama antara pemerintah, industri, dan institusi pendidikan untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Hanya dengan cara ini, kita bisa memastikan bahwa perkembangan teknologi memberikan manfaat bagi semua pihak.***
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow