Pentingnya Pekerjaan Layak untuk Mewujudkan Indonesia Emas 2045
Harazakida.com - Dalam diskusi publik yang berlangsung pada 9 September 2024 di Jakarta, Muhammad Yorga Permana, seorang dosen dari Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung (ITB), mengemukakan pentingnya penciptaan pekerjaan layak dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045. Menurutnya, pekerjaan layak merupakan kunci untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang sehat dan memastikan stabilitas kelas menengah di Indonesia.
Konteks dan Kenyataan Terkini
Pasca-pandemi, banyak pekerja Indonesia yang beralih ke sektor informal, yang sering kali tidak memberikan jaminan keamanan kerja yang memadai. Hal ini menjadi tantangan besar bagi pemerintah, yang dihadapkan pada tanggung jawab menciptakan lebih banyak pekerjaan layak. Yorga menegaskan bahwa untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang diinginkan, yaitu 6-7 persen per tahun, kita harus memastikan bahwa semakin banyak orang mendapatkan pekerjaan yang layak.
"Secara agregat, untuk Indonesia naik kelas dan mencapai pertumbuhan 6-7 persen, kuncinya adalah banyak orang yang bisa produktif dengan mendapatkan kerja yang layak," ungkap Yorga.
Penurunan Kelas Menengah
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa jumlah kelas menengah di Indonesia menurun drastis dari 57,33 juta pada tahun 2019 menjadi 47,85 juta pada tahun 2024. Penurunan ini menunjukkan bahwa banyak pekerja dari sektor formal berpindah ke sektor informal atau angkatan kerja baru langsung terjun ke sektor informal karena kekurangan pekerjaan layak di sektor formal.
"Mengapa kelas menengah turun? Artinya memang banyak pekerja yang asalnya dari kelas formal pindah ke informal atau banyak angkatan kerja baru yang masuk ke lapangan kerja langsung masuk ke informal karena tidak ada kerja layak di sektor formal," jelas Yorga.
Perubahan Tren Pekerjaan
Dari periode 2009 hingga 2014, terdapat penambahan 2,8 juta pekerjaan formal baru per tahun, sementara sektor informal mengalami penurunan. Namun, setelah tahun 2014, pertumbuhan pekerjaan formal mulai melambat, dan fenomena gig economy—pekerjaan yang bersifat sementara dan fleksibel—mulai muncul.
Pada periode 2014 hingga 2019, hanya ada dua juta pekerjaan formal baru yang tercipta per tahun. Meskipun demikian, tren gig economy juga berkembang, dengan meningkatnya pekerjaan self-employment dan platform digital seperti ojol dan e-commerce.
Kondisi Terkini
Menurut data BPS per Februari 2024, terdapat 84,13 juta orang yang bekerja di sektor informal (59,17 persen) dan 58,05 juta orang di sektor formal (40,83 persen). Yorga mencatat bahwa pekerja di sektor informal sering kali menghadapi risiko karena tidak adanya jaminan sosial atau pendapatan tetap, yang membuat mereka rentan terhadap ketidakstabilan ekonomi.
“Self employment ini saya melihat ini cukup tinggi sekarang, dan sesuai karakteristiknya para pekerja self employment ini rentan, tidak ada income bulanan, tidak ada social security dan lain sebagainya tidak memenuhi kaidah kerja layak menurut kategori ILO (Organisasi Ketenagakerjaan Internasional),” ujar Yorga.
Langkah Menuju Pekerjaan Layak
Untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045, penting untuk fokus pada penciptaan pekerjaan yang tidak hanya ada dalam jumlah besar tetapi juga berkualitas. Pekerjaan layak harus dapat memastikan kestabilan ekonomi bagi para pekerja, memungkinkan mereka untuk keluar dari kemiskinan dan bergerak menuju mobilitas sosial yang lebih baik.
Sejalan dengan itu, pemerintah perlu merancang kebijakan yang mendukung penciptaan lapangan kerja formal yang memadai, serta memberikan dukungan untuk transisi pekerja dari sektor informal ke formal. Pendekatan yang holistik dan terintegrasi akan sangat penting untuk mencapai tujuan tersebut.
Dengan fokus pada pengembangan pekerjaan layak dan penguatan sektor formal, Indonesia dapat mengatasi tantangan ekonomi yang ada dan bergerak menuju pencapaian visinya untuk tahun 2045.***
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow