Rupiah Menguat Berkat Lemahnya Data Lowongan Pekerjaan di AS
Harazakida.com - Kabar baik untuk mata uang rupiah! Pada akhir perdagangan Kamis ini, rupiah menunjukkan penguatan melawan dolar AS. Kenapa bisa begitu? Semua ini berkat data terbaru mengenai lowongan pekerjaan di AS yang ternyata tidak begitu menggembirakan.
Berdasarkan data dari Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, pada Kamis, 5 September 2024, rupiah menguat ke level Rp15.410 per USD dari sebelumnya Rp15.490 per USD. Penguatan ini tentunya menarik perhatian banyak orang, terutama bagi yang mengikuti pergerakan mata uang dan perekonomian global.
Apa yang Terjadi dengan Data Lowongan Pekerjaan di AS?
Data yang diumumkan menunjukkan bahwa jumlah lowongan pekerjaan di AS untuk bulan Juli 2024 turun secara signifikan. Menurut laporan Job Openings and Labour Turnover Survey (JOLTS) dari Departemen Tenaga Kerja AS, jumlah lowongan pekerjaan menurun sebesar 237.000, menjadi 7,673 juta. Penurunan ini adalah yang terbesar sejak Januari 2021 dan menjadi indikasi bahwa pasar tenaga kerja di AS masih belum pulih sepenuhnya.
“Data ini menunjukkan bahwa pasar ketenagakerjaan AS belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang kuat. Permintaan tenaga kerja menurun, dan ini tentu memengaruhi sentimen pasar global,” ujar Taufan Dimas Hareva, Analis ICDX, dalam laporan yang dilansir Antara.
Dampaknya pada Rupiah dan Kebijakan The Fed
Penurunan jumlah lowongan pekerjaan ini ternyata berdampak positif bagi rupiah. Ketika pasar tenaga kerja AS melemah, banyak spekulan dan investor berharap bahwa Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan pasar ketenagakerjaan. Harapan ini membuat dolar AS melemah dan memberikan dorongan bagi rupiah.
“Harapan adanya pemangkasan suku bunga oleh The Fed menjadi sentimen positif bagi rupiah. Jika suku bunga AS turun, maka akan ada potensi untuk meningkatkan pembukaan pekerjaan baru secara stabil dan berkelanjutan,” tambah Taufan.
Jumlah Layoff Meningkat
Namun, tidak hanya jumlah lowongan pekerjaan yang menurun. Jumlah layoff atau pemutusan hubungan kerja di AS juga mengalami peningkatan. Pada Juli 2024, jumlah layoff naik sebesar 202.000, mencapai 1,762 juta. Ini adalah kenaikan terbesar sejak Maret 2023, terutama disebabkan oleh peningkatan layoff di sektor akomodasi dan jasa makanan.
Kekhawatiran Resesi dan Pengaruhnya pada Rupiah
Kenaikan jumlah layoff dan tingkat pengangguran yang terus meningkat—terutama yang mencapai level tertinggi sejak November 2021 pada 4,3 persen—menambah kekhawatiran akan kemungkinan resesi di AS. Ketidakpastian ekonomi ini turut memengaruhi sentimen pasar global dan memberikan dorongan lebih lanjut bagi penguatan rupiah.
Dengan berita ini, tentu menjadi kabar baik bagi perekonomian Indonesia dan pengamat mata uang. Rupiah yang menguat melawan dolar AS memberikan angin segar di tengah ketidakpastian ekonomi global. Namun, kita tetap harus memantau perkembangan selanjutnya, terutama terkait kebijakan The Fed dan data ekonomi AS yang akan datang.***
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow